MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Politik Pendidikan Nasional
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Faisal Ismail, MA
Disusun oleh : Laila Ngindana Zulfa
NIM : 1220410049
PROGAM PASCASARJANA PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengantar
Manajemen
berbasis sekolah atau sering disingkat dengan MBS merupakan salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat dengan pemberian otonomi
pendidikan yang luas pada sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan secara
umum. Tugas utama MBS adalah meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan.
Manajemen atau
pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses
pendidikan secara keseluruhan. Alasannya, tanpa manajemen tidak mungkin tujuan
pendidikan dapat diwujutkan secara optimal, efektif dan efisien. Dalam kerangka
inilah tumbuh kesadaran akan pentingnya MBS, yang memberikan kewenangan penuh
kepada sekolah dan guru dalam mengatur pendidikan dan pengajaran serta komponen
lain untuk membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan sekolah.
Implementasi MBS
menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas agar dapat
membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas
daerah setempat, serta mengefisiensikan sistem dan menghilangkan birokrasi yang
tumpang tindih. MBS memberi peluang kepada kepala sekolah, guru, dan peserta
didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah, berkaitan dengan
kurikulum, pembelajaran, managerial dan lain sebagainya.
MBS yang
ditawarkan sebagai bentuk operasional desentralisasi pendidikan akan memberikan
wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini penting
agar inovasi yang ditawarkan tidak sebatas konsep, tetapi benar-benar dapat
dilaksanakan dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi managemen berbasis sekolah
1.
Managemen
Gaffar mengemukakan bahwa managemen pendidikan mengandung arti
sebagai suatu proses kerja sama yang sentralistik, sistematik dan konprehensif
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan istilah MBS (School
Based Management) merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan
otonomi luas pada tingkat sekolah. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa
mengelola sumber daya dan sumber dana sesuai kebutuhannya. Pada sistem MBS,
sekolah dituntut secara mandiri menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas,
mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber baik
kepada masyarakat maupun pemerintah.[1]
2.
Berbasis
Dalam kamus islmiah basis diartikan dengan dasar, pokok, atau
pangkalan.[2]
Kemudian jika kita kaitkan dengan MBS, basis adalah manajemen yang dikelola
berdasarkan kebutuhan sekolah itu sendiri.
3.
Sekolah
Sekolah adalah lembaga belajar dan mengajar serta tempat menerima
dan memberi pelajaran.[3]
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat kepala sekolah,
guru-guru, pegawai, tata usaha dan murid-murid.
Definisi lain menyebutkan bahwa sekolah adalah lembaga sosial yang
berfungsi untuk melayani anggota masyarakat dalam bidang pendidikan.
Sebenarnya sekolah disini merupakan konsep yang luas, yang bisa
mencakup semua aspek lembaga, baik lembaga formal maupun lembaga non formal.
jadi, bukan hanya lembaga formal saja yang bisa dikatakan sekolah, akan tetapi
lembaga nonformal juga disebut sekolah. Karena sekolah pada hakekatnya adalah
tempat seseorang menuntut ilmu.
4.
Manajemen berbasis sekolah
Manajemen berbasis sekolah adalah sasil terjemahan dari kata school
based managemen.[4]
Istilah ini pertama kali dikenalkan di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai
mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat
setempat.
Ada dua definisi komprehensif mengenahi managemen berbasis sekolah.
Definisi pertama menyatakan bahwa manajemen berbasis sekolah secara konseptual
dapat digambarkan sebagai suatu perubahan formal struktur penyelenggaraan,
sebagai suatu bentuk desentralisasi yang mengidentifikasi sekolah itu sebagai
unit pertama peningkatan serta bertumpu pada redistribusi kewenangan pembuatan
keputusan sebagai sarana penting yang dengannyapeningkatan dapat didorong dan
ditopang.[5]
Definisi kedua menyatakan bahwamkonsep MBS adalah suatu cara untuk
memaksa sekolah itu sendiri mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi pada anak menurut juridiksinya dan mengikuti
sekolahnya.[6]
Konsep ini menegaskan bahwa ketika sekolah itu sendiri dibebani dengan
pengembangan total progam kependidkan yang bertujuan melayani
kebutuhan-kebutuhan anak dalam mengikuti sekolah khusus itu, personil sekolah
akan mengembangkan progam-progam yang lebih meyakinkan karena mereka mengetahui
para siswa dan kebutuhan-kebutuhan mereka.
Eman Suparnman mengatakan bahwa manajemen berbasis sekolah
merupakan penyesuaian sumberdaya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah
dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan mutu sekolah dalam pendidikan nasional.[7]
MBS merupakan suatu pemikiran yang baru dalam pendidikan, yang
memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dalam kerngka kebijakan nasional.
Otonomi diberikan karena bertujuan agar
sekolah mempunyai keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalosikannya sesuai dengan
kebutuhan sekolah tersebut, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
Jadi MBS merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang memberikan
sebuah penawaran kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi parapeserta
didik.[8]
B.
Latar Belakang MBS
Sejak
digulirkannya reformasi dan telah diperundangkannya undang-undang otonomi
daerah, yaitu UU nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah dan UU no 25
1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daeraah yang kini
disempurnakan menjadi UU no. 23 tahun 2004 dan UU no. 33 tahun 2004 telah
mengubah segala peraturan dari bersifat sentralis menjadi desentralisasi.
Berlakunya undang-undang otonomi daerah tersebut telah memberikan angin segar
bagi daerah, karena diberikan kekuasaan dan kewenangan yang sangat luas untuk
mengurus dan mengatur sendiri berbagai kewenangan di dalamnya termasuk dalam
bidang pendidikan.[9]
Bentuk otonomi
dalam bidang pendidikan berbeda dengan otonomi dalam bidang lainya. Otonomi
dalam bidang pendidikan tidak berhenti pada daerah tingkat kabupaten dan kota
saja, tetapi justru langsung kepada sekolah sebagai ujung tombak
penyelenggaraan pendidikan. Salah satu model otonomi daerah dalam bidang
pendidikan ini adalah yang disebut dengan school based management atau
manajemen berbasis sekolah (MBS).[10]
MBS merupakan
salah satu model manajemen pendidikan yang berbasis pada otonomi atau
kemandirian sekolah dan aparat daerah dalam menentukan arah, kebijakan, serta
jalannya pendidikan di daerah masing-masing. Oleh karena itu keberhasilan dalm
pelaksanaan MBS sangat ditentukan oleh perwujudan kemandirian pada tingkat
kabupaten dan kota. MBS merupakan model pengelolaan pendidikan yang menjadikan
sekolah sebagai poros pengambilan keputusan. Model MBS diadaptasi secara resmi
di Indonesia sekitar tahun 1999 oleh departemen pendidikan nasional dengan
proses perintisan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS).[11]
C.
Landasan MBS
1.
Landasan filosofis
Landasan
filosofis MBS adalah cara hidup masyarakat. Maksudnya jika ingin reformasi
pendidikan itu sukses maka reformasi tersebut harus berakar pada cara dan
kebiasaan hidup warganya. Seandainya reformasi itu peduli terhadap cara dan
kebiasaan warganya maka reformasi tersebut akan mendapat dukungan dari segenap
lapisan masyarakat.[12]
2.
Landasan Yuridis atau Undang- Undang
a.
UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pasal 51 ayat 1 “pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/ madrasah”
b.
UU no 25 tahun 2000 tentang program pembangunan
nasional tahun 2000-2004 pada bab VII tentang bagian program pembangunan bidang
pendidikan khususnya sasaran terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis
pada sekolah dan masyarakat
c.
Keputusan Mendiknas nomor 044 tahun 2002 tentang
pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah.
d.
Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar
akreditasi sekolah, khususnya tentang manajemen berbasis sekolah.
e.
Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan, khususnya standar pengelolaan sekolah yaitu
manajemen berbasis sekolah.
f.
UU Sisdiknas No 2 tahun 1989 Pasal 25 ayat 1 butir 1
bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah.[13]
D.
Alasan dan Tujuan Diterapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
MBS yang
ditandai dengan otonomi sekolah dan perlibatan masyarakat merupakan respon
pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, yang mene
bertujuan untukmeningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.
Peningkatan efisiensi antara lain diperoleh keleluasaan mengolah sumber daya
partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu
dapat diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibel
pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala
sekolah, berlakunya sistem insentif serta disentif. Peningkatan pemerataan
dapat diperoleh mealui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan
karena pada bagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap
sekolah.[14]
Tujuan
penerapan MBS yaitu untuk meningkatakan kualitas pendidikan secara umum baik
itu menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia baik guru
maupun tenaga kependidikan lainnya dan kualitas pelayanan pendidikan secara
umum. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya saja, melainkan meningkatkan kesejahteraannya
pula.[15]
Menurut
direktorat SLTP departemen pendidikan nasional menegaskan bahwa tujuan
implementasi MBS adalah sebagai berikut:
1.
Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kemandirian,
fleksibel, partisipatif, keterbukaan, kerjasama, akuntabilitas,
sustainabilitas, dan inisiatif sekolah dalam mengelola, memanfaatkan, dan
memberdayakan sumber yang tersedia.
2.
Meningkatkan keperdulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
3.
Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah, dan
pemerintah tentang mutu pendidikan.
4.
Meningkatkan kompetensi yang solid antara sekolah untuk pencapaian
mutu pendidikan yang diharapkan.[16]
Dengan adanya
penerapan MBS ini telah terjadi perubahan kebutuhan siswa sebagai bekal untuk
terjun kedalam masyarakat luas dimasa mendatang dibanding dimasa lalu. Oleh
karena itu pelayanan kepada siswa, progam pengajaran dan jasa yang diberikan
kepada siswa juga harus sesuai dengan tuntutan baru tersebut. Secara umum
perubahan lingkungan menuntut adanya pola kebiasaan dan tingkah laku baru oleh
semua pihak.
Ada beberapa
keuntungan dari adanya penerapan model MBS ini antara lain:
a.
Secara formal MBS dapat memahami keahlian dan kemampuan orang-orang yang bekerja disekolah
b.
Meningkatkan moral, moral guru harus ditingkatkankarena adanya
komitmen da tanggung jawab dalam setiap pengambilan keputusan di sekolah
c.
Keputusan yang diambil oleh sekolah memiliki akuntabilitas. Hal ini
terjadi karena kostituen sekolah memiliki andil yang cukup dalam setiap
pengambilan keputusan
d.
Menyesuaikan sumberdaya keuangan terhadap tujuan instruksional yang
dikembangkan disekolah. Keputusan yang diambil pada tingkat sekolah akan lebih
rasional karena mereka tahu kekuatan sendiri, terutama kekuatan keuangan.
e.
Menstimulasi munculnya pemimpin baru di sekolah. Pengambilan
keputusan ini tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya seorang pemimpin.
f.
Meningkatka kualitas, kuantitas, dan fleksibilitas komunikasi
sekolah dalam rangka mencapai kebutuhan sekolah. Kebersamaan dalam pemecahan
masalah di sekolah telah memperlancar alur komunikasi diantara warga sekolah.[17]
E.
Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan MBS
diantaranya:
1.
Memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah,
disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang diberikan,
memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pembagian strategi MBS
sesuai kondisi setempat
2.
Sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih
berkonsentrasi pada tugas.
3.
Keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan
masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepada sekolah dalam
peranananya sebagai manajer maupaun pemimmpin sekolah.
4.
Dengan diberikannya kekuasaan untuk menyusun kurikulum, guru
didorong untuk berinovasi dengan melakukan eksperimentasi di lingkungan
sekolahnya, ini mendorong profesionalisme guru dan juga kepala sekolah sesuai
fungsinya.
5.
Melalui penyusuna kurikulum efektif, rasa tanggap sekolah terhadap
kebutuhan setempat meningkatkan dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan
tuntutan peserta didik dn masyarakat sekolah.
6.
Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan
partisipasi orang tua, seperti orang tua dapat mengawasi langsung proses
belajar anaknya.[18]
Menurut Eman
Suparman, mengemukakan bahwa dengan menerapkan MBS ada beberapa manfaat yang
dapat diraih yaitu:
1.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan lebih mengetahui kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman
bagi dirinya dibanding dengan lembaga-lembaga lain
2.
Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk
memajukan lembaganya
3.
Sekolah lebih mengetahui sumberdaya yang dimilikinya dan input
pendidikan yang akan dikembangkan seta didaya gunakan dalam proses pendidikan
sesuai dengan tingkat perkembangannya dan kebutuhan peserta didik
4.
Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan masing-masing
pada pemerintah, orang tua, peserta didik, dan masyarakat pada umumnya sehingga
sekolah akan berupaya semaksimal mungkin
untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan
5.
Sekolah dapat melakukan persaingan sehat dengan sekolah lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan didukung orang
tua, peserta didik, masyarakat, dan pemerintah setempat.[19]
F.
Ciri-Ciri Atau Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
Ciri-ciri dari
adanya MBS dalam sekolah diantaranya:
1.
Adanya otonomi
2.
Peran serta aktif masyarakat
3.
Proses pengambilan keputusan yang demokratis dan berkeadilan
4.
Menjunjung tinggi akuntabilitas dan transparansi dalam setiap
kegitan pendidikan.[20]
Menurut Brown
karakteristik utama dan efektifitas dalam penerapan MBS di dalam sekolah ini
mencakup otonomi sekolah, fleksibilitas, responsibilitas, perencanaan oleh
kepala sekolah dan warga sekolah, redegulasi sekolah, partisipasi lingkungan
sekolah, kolegial staf sekolah, ada rasa kepedulian kepala sekolah dan guru.[21]
Adapun
karakteristik MBS menurut Nur Khalis bisa diketahui antara lain dari bagaimana
sekolah dapat mengoptimalisasikan kinerja organisasi sekolah, proses belajar
mengajar, pengelolaan sumber daya manusia,pengelolaan sumber daya dana dan
administrasi.[22]
G.
Hambatan Dalam Pelaksanaan MBS
Wohlstetter
Mohrman menyatakan terdapat empat kegagalan dalam implementasi MBS yaitu:
1.
Sekolah sekedar mengadopsi model tanpa kreatif
2.
Kepala sekolah yang bekerja atas agenda sendiri
3.
Kekuasaan pengambilan keputusan terpusat hanya pada satu pihak
4.
Menganggap MBS hal biasa.[23]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
MBS merupakan
salah satu wujud dari reformasi pendidikan yang memberikan sebuah penawaran
kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan
yang lebih baik dan memadai bagi parapeserta didik.
Tujuan
penerapan MBS yaitu untuk meningkatakan kualitas pendidikan secara umum baik
itu menyangkut kualitas pembelajaran, kurikulum, sumber daya manusia baik guru
maupun tenaga kependidikan lainnya dan kualitas pelayanan pendidikan secara
umum. Bagi sumber daya manusia, peningkatan kualitas bukan hanya meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya saja, melainkan meningkatkan kesejahteraannya
pula.
Adapun
karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat
mengoptimalisasikan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar,
pengelolaan sumber daya manusia,pengelolaan sumber daya dana dan administrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu duhou,
Ibtisam, School Based Management (MBS), Terj. Nuryamin Aini dkk,
Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002
Cheong Cheng,
Yin, School Effectiveness & School Based Management: A mechanism For
Development, Wasingthon D.C: The falmer Press, 1996
Hasbullah, Otonomi
Pendidikan, Jakarta: Rajawali Press, 2006
Kholis, Nur,
managemen Berbasis Sekolah, Teori, Model, dan Aplikasi, Jakarta: Grasindo, 2003
Mulyono, Manajemen
Administrasi dan Organisasi Pendidikan, Yogyakarta: Arruss Media, 2006
Mulyasa, E, Managemen
Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi, dan Implementasi, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005
Partono, Pius,
dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Popular, Surabaya: Arkola, 1998
Http://Ekonomi.Kompasiana.Com/Manajemen/2011/03/17/Alasan-Dan-Landasan-Mbs-Serta-Konsep-Pengembangan-Manajemen-Masa-Depan/,
dalam Google.
[1] E. Mulyasa, Manajemen
Berbasis Sekolah, Konsep Strategi Dan Aplikasi, (Bandung, Remaja Rosda
karya, 2005), hal. 24.
[2] Pius A.
Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Popular, (Surabaya,
Arkola, 1994), hal. 68
[3] Yin Cheong
Cheng, School Effectivenes and School Based Manajement:A Mechanism For
Development, (Wasingthon D.C.: The Famler Press, 1996), hal: 43.
[4] Ibid, hal.
24
[5] Ibtisam, Abu
Dohai, School Based Management (MBS), terj. Nuryamin Aini dkk (Jakarta:
logos Wwacana Ilmu, 2002), hal. 16
[6] Ibid
[7] M.A Mulyono, Manajemen
Administrasi Dan Organisasi Pendidikan, (Yogyakarta: Arruss Media, 2006),
hal. 239
[8] Yin Cheong
Cheng, School Based Management (MBS), ...... hal. 25
[9]M.A Mulyono, Manajemen
Administrasi Dan Organisasi Pendidikan,... hal.176
[10] Ibid,....
hal 176
[11] Hasbullah, Otonomi
Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2006), hal 67
[12] http://ekonomi.kompasiana.com/manajemen/2011/03/17/alasan-dan-landasan-mbs-serta-konsep-pengembangan-manajemen-masa-depan/,
dalam Google, sabtu 27 Oktober 2012
[13] Ibid.
[14] Yin Cheong
Cheng, School Based Management (MBS), ...... hal. 25
[15]E. Mulyasa, Manajemen
Berbasis Sekolah,..... hal. 24
[16] Hasbullah, Otonomi
Pendidikan,... hal. 65
[17] Nur kholis, Manajemen
Berbasis Sekolah, Teori, Model, Dan Aplikasi, (Jakarta: Grasindo, 2003),
hal. 26
[18] Ibid,...
hal 25
[19] M.A Mulyono, Manajemen
Administrasi Dan Organisasi Pendidikan,... hal. 245-246
[20] Ibid,...
hal. 234
[21] Hasbullah, Otonomi
Pendidikan,... hal. 75
[22] Nur kholis, Manajemen
berbasis sekolah, teori, model, dan aplikasi,... hal. 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar